PRAKTIKUM VII
Topik : Rumus bunga dan diagram bunga.
Tujuan : Membuat rumus bunga dan diagram
bunga.
Hari / tanggal : Kamis/11 April 2013.
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP
Unlam Banjarmasin.
I.
ALAT
DAN BAHAN
A. Alat
1. Baki
2. Alat
– alat tulis
3. Lup
B. Bahan
1. Bunga
alamanda (Allamanda cathartica L.)
2. Bunga
kertas (Bougainvillea spectabilis)
3. Bunga
anggrek kalajengking (Arachis flos aeri
)
4. Bunga
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
5. Bunga
tasbih (Canna sp.)
6. Bunga
teratai (Nymphaea lotus L.)
II.
CARA
KERJA
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Membuat
rumus bunga dan diagram bunga dari bahan bahan-bahan yang tersedia.
III.
TEORI
DASAR
Bagian tumbuhan yang sering dideskripsikan adalah
bunganya. Dalam mendeskripsikan bunga, selain dengan kata-kata, dapat pula
ditambahkan dengan gambar yang melukiskan bagian-bagian bunga atau berupa
diagram bunga. Kecuali dengan diagram, susunan bunga dapat dinyatakan dengan
sebuah rumus yang terdiri atas lambang-lambang, huruf-huruf, dan angka-angka
yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga berserta
bagian-bagiannya.
Diagram bunga
Diagram bunga merupakan gambaran
proyeksi pada bidang datar dari semua bagian yang dipotong melintang, jadi pada
diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk
bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian lain yang masih ada selain
keempat bagian utama tersebut.
Dalam membuat diagram bunga perlu
diperhatikan letak bunga pada tumbuhan (axillaries atau terminalis) dan
bagian-bagian bunga (jumlah, bentuk, kedudukan) itu sendiri. Pembuatannya
sendiri dapat secara empirik (keadaan sesungguhnya ) atau teoritik keadaan seharusnya.
Rumus bunga
Lambang-lambang yang dipakai dalam
rumus bunga memberitahukan sifat-sifat bunga bertalian dengan simetri dan jenis
kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan dari bagian-bagiannya, sedangkan
angka menyatakan jumlah masing-masing bagian bunga. Oleh suatu rumus bunga
dapat ditunjukkan hal-hal sebagai berikut.
a. Kelopak
(calyx) dinyatakan dengan huruf K
b. Mahkota
atau tajuk (corolla) dinyatakan dengan huruf C
c. Benang
sari (androecium) dinyatakan dengan huruf A, dan
d. Putik
(gynaecium) dinyatakan dengan huruf G.
Jika antara kelopak bunga dan
mahkota bunga tidak dapat dibedakan, untuk menyatakan bagian tersebut digunakan
huruf P untuk tenda bunga (perigonium). Penulisan rumus bunga, dibelakang
huruf-huruf tersebut ditaruhkan angka-angka yang dapat menyatakan jumlah
bagian-bagian bunga tersebut. Antara huruf dan angka diberikan tanda koma (,).
Di depan rumus bagian bunga,
hendaknya di tambahkan simetri yaitu (*) untuk untuk bunga bersimetri banyak,
dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu. Selain lambang yang menunjukkan
jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai lambang (♀), untuk bunga jantan
dipakai lambang (♂), dan bunga betina dipakai lambang (♀). Untuk menyatakan
keadaan antara daun-daun kelopak, tajuk, dan benang sari (berlekatan atau
terpisah), digunakan tanda kurung untuk mengapit angka. Sedangkan bakal buah,
dinyatakan adanya garis (diatas atau di bawah) angka yang menunjukkan jumlah
putik sesuai kedudukannya.
IV.
HASIL
PENGAMATAN
- Bunga Allamanda (Allamanda cathartica L.)
1. Kelopak
bunga (calyx)
2. Mahkota
bunga
(corolla)
3. Benang
sari (androecium)
4. Putik
(gynaecium)
Menurut Literatur:
|
Keterangan :
1.
Kelopak
bunga (calyx)
2.
Mahkota
bunga
(corolla)
3.
Benangsari
(androecium)
4.
Putik (gynaecium)
|
Sumber : Anonim.a.2013
Diagram bunga :
Keterangan :
1.
Kelopak bunga (calyx) = 5
2.
Mahkota bunga (corolla) = 5
3.
Benang sari (androecium) = 5
4.
Putik (gynaecium) = 1
- Bunga Kertas (Bougainvillea spectabilis)
1.
Mahkota bunga
(corolla)
2.
Benang sari (androecium)
3.
Putik (gynaecium)
Keterangan
:
1.
Mahkota bunga (corolla)
2.
Benang sari (androecium)
3. Putik (gynaecium)
|
Sumber : Anonim.b.2013
Rumus bunga : ♀ *P(3) A(~) G1
Diagram bunga :
Keterangan :
1.
Tenda bunga (perigonium) = 3
2.
Benang sari (androecium) = ~
3.
Putik (gynaecium) = 1
- Bunga Anggrek Kalajengking (Arachis flos aeris)
1.
Tangkai bunga (pedicellus)
2.
Ibu tangkai bunga
3.
Tenda bunga (perigonium)
4.
Benang sari (androecium)
5.
Putik (gynaecium)
Menurut Literatur:
Keterangan
:
1.
Tangkai bunga (pedicellus)
2.
Ibu tangkai bunga
3.
Tenda bunga (perigonium)
4.
Benang sari (androecium)
5.
Putik (gynaecium)
|
Sumber : Anonim.c.2013
Diagram Bunga:
Keterangan :
1.
Tenda bunga (perigonium)
= 5
2.
Benang sari (androecium) = (2)
3.
Putik (gynaecium) = 1
- Bunga Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.)
Keterangan
:
1.
Tangkai bunga (pedicellus)
2.
Dasar bunga (receptaculum)
3.
Kelopak bunga (calyx)
4.
Kelopak tambahan
5.
Mahkota bunga (corolla)
6.
Benang sari (androecium)
7.
Putik (gynaecium)
|
Menurut
Literatur
|
Keterangan
:
1.
Tangkai bunga (pedicellus)
2.
Dasar bunga (receptaculum)
3.
Kelopak bunga (calyx)
4.
Kelopak tambahan
5.
Mahkota bunga (corolla)
6.
Benang sari (androecium)
7.
Putik (gynaecium)
|
Sumber : Anonim.d.2013
Diagram Bunga:
Keterangan :
1.
Kelopak bunga (calyx) = 5
2.
Kelopak tambahan (epicalyx) = (7)
3.
Mahkota bunga (corolla) = 5
4.
Benang sari (androecium) = ~
5.
Putik (gynaecium) = (5)
- Bunga Tasbih (Canna sp)
|
Keterangan :
1.
Tangkai bunga (pedicellus)
2.
Kelopak bunga (calyx)
3.
Mahkota bunga (corolla)
4.
Benang sari (androecium)
5. Putik
(gynaecium)
|
Menurut literatur
Keterangan
:
1.
Tangkai bunga (pedicellus)
2.
Kelopak bunga (calyx)
3.
Mahkota bunga (corolla)
4.
Benang sari (androecium)
5. Putik
(gynaecium)
|
Sumber : Anonim.e.2013
Keterangan :
1.
Kelopak bunga (calyx) =
3
2.
Mahkota bunga (corolla) = 3
3.
Benang sari (androecium) = 5
4.
Putik (gynaecium)
= 3
- Bunga Teratai (Nymphaea lotus L.)
|
Keterangan
:
1.
Tangkai bunga (Pedicellus)
2.
Dasar bunga (receptaculum)
3.
Tenda bunga (perigonium)
4.
Benang sari (androecium)
5.
Putik (gynaecium)
|
Menurut literatur
|
Keterangan
:
1.
Tangkai bunga (Pedicellus)
2.
Dasar bunga (receptaculum)
3.
Tenda bunga (perigonium)
4.
Benang sari (androecium)
5.
Putik (gynaecium)
|
Sumber: Anonim.f.2013
Rumus bunga : ♀ * P4+4+8+8+7 A~
G1
Diagram bunga:
Keterangan :
1.
Tenda bunga (perigonium) = 4 + 4 + 8 + 8+ 7
2.
Benang sari (androecium) = ~
3.
Putik (gynaecium) = 1
V.
ANALISIS DATA
Pada umumnya
bunga terdiri dari 4 bagian bunga dan tempatnya berturut turut dari tepi luar
bunga bagian tengah kalix (kelopak), corolla (mahkota), andresium
(kelamin jantan), ginesium (kelamin betina) (Fahn, 1991). Bunga pada
umumnya mempunyai bagian – bagian berikut (Moertolo, 2004):
a. Tangkai bunga (pedicellus),
yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali
terdapat daun – daun peralihan, yaitu bagian – bagian yang menyerupai daun,
berwarna hijau, yang seakan – akan merupakan peralihan dari daun biasa ke
hiasan bunga.
b. Dasar bunga (receptaculum),
yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan ruas – ruas yang amat
pendek, sehingga daun – daun yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian –
bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasanay lalu tampak
duduk dalam satu lingkaran.
c. Hiasan bunga (perianthium),
yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang masih tampak berbentuk
lembaran dengan tulang – tulang atau urat – urat yang masih jelas. Biasanya
hiasan bunga dapat di bedakan dalam dua bagian yang masing – masing duduk dalam
satu lingkaran. Jadi bagian – bagian hiasan bunga itu umumnya tersusun dalam
dua bagian antara lain: kelopak (kalix) dan mahkota bunga (corolla).
d. Alat – alat
kelamin jantan (androecium), bagian ini sesungguhnya juga merupakan
metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas
sejumlah benang sari (stamen).
e. Alat kelamin
betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya
disebut putik (pistilum), juga putik terdiri atas metamorfosis daun yang
disebut daun buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau
beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah.
Melihat bagian
– bagian yang terdapat pada bunga maka bunga dapat di bedakan dalam
(Tjitrosoepomo, 1995):
1.
Bunga lengkap (flos
completusl), yang terdiri atas: lingkaran daun – daun kelopak, lingkaran
daun – daun mahkota, lingkaran benang – benang sari dan satu lingkaran daun –
daun buah.
2.
Bunga tidak
lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletusl), jika salah satu
bagian hiasan bunga atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak
mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu di sebut telanjang (nudus), juka
hanya mempunyai salah satu dari kedua macam alat kelaminnya, dinamakan
berkelamin tunggal (unisexualis).
Bunga yang mempunyai
tenda bunga (perigonium), jadi jika kelopak dan mahkotanya sama bentuk maupun
rupanya, sering kali di anggap sebagai bunga yang tidak lengkap pula. Berdasarkan
alat – alat kelamin yang terdapat pada masing – masing bunga, orang
membedakan(Hidayat, 1995):
a.
Bunga banci
atau berkelamin dua (hermaproditus), yaitu bunga yang padanya terdapat
benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini
sering dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap, karena biasanya pun
jelas mumpunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota, misalnya
bunga terung (Solanum melongena L.). ditunjukkan dengan lambang: ♀.
b.
Bunga
berkelamin tunggal (unisexsualis), jika pada bunga hanya terdapat salah
satu dari kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada
padanya dapat dibedakan lagi dalam:
1.
Bunga jantan (flos
musculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa putik, misalnya
bunga jagung yang terdapat di bagian atas tumbuhan. Bunga jantan sering kali di
tunjukkan dengan lambang: ♂.
2.
Bunga betina (flos
femineus), yaitu bunga yang tidak mempunyai benang sari, melainkan hanya
putik saja, misalnya bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga betina
di tunjukkan dengan lambang: ♀.
c.
Bunga mandul
atau tidak berkelamin, jika bunga tidak terdapat baik benang sari maupun putik,
misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada bunga matahari (Helianthus annuus
L.).
Penelitian
mengenai jenis kelamin bunga, menunjukkan bahwa satu batang tumbuhan, misalnya
sebatang tanaman jagung, dapat memperlihatkan dua macam bunga, yaitu bunga
jantan yang tersusun sebagai bulir majemuk pada ujung tanaman dan bunga betina
yang tersusun sebagai tongkol dan terdapat dalam ketiak – ketiak daunnya.
Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan, orang
membedakan tumbuhan yang (Muzayyinah, 2008):
a.
Berumah satu (monoecus),
yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu
(satu batang tumbuhan).
b.
Berumah dua (dioecus),
jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya, artinya ada individu
yang hanya mendukung bunga jantan saja, dan ada individu yang mendukung bunga
betina saja.
c.
Poligam (polygamus),
jika pada suatu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci
bersama – sama.
Letak bunga
pada tumbuhan yang dianggap sebagai poligom yaitu suatu jenis tumbuhan yang
bersifat (Parwata, 2009):
1.
Gynodioecus:
jika pada suatu individu hanya terdapat bunga betina saja, sedangkan pada
individu lain bunga banci. Gejala ini terdapat pada berbagai jenis tumbuhan
yang berbunga bibir (Labiatae).
2.
Androdioecus: jika
pada individu yang satu hanya terdapat bunga jantan saja, sedangkan yang lain
terdapat bunga banci.
3.
Monoeco –
polygamus: jika pada suatu individu terdapat bunga - bunga jantan, betina, dan
banci bersama – sama.
4.
Gynomonoecus:
jika pada suatu individu terdapat bunga betina dan bunga banci bersama – sama.
5.
Trioecus atau
trioeco _ polygamus: jika bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci masing –
masing terdapat terpisah pada individu yang berlainan.
Bagian – bagian
bunga yang merupakan metamorfosis daun (kelopak, mahkota, benang sari, dan daun
buah)dapat kita jumpai dalam susunan yang berbeda – beda, yaitu (Salisbury,
1992):
a. Terpencar,
tersebar, atau menurut suatu spiral (acyclis).
b.
Berkarang,
melingkar (cyclis), jika daun – daun kelopak, benang – benang sari, dan
daun – daun buah, masing – masing tersusun dalam suatu lingkaran.
c.
Campuran (hemicyclis),
yaitu jika bagian bunga tadi ada yang duduk berkarang, sedang sebagian lain
duduk terpencar.
Simetri adalah
sifat suatu benda atau badan yang juga biasa di sebut untuk bagian – bagian
tubuh tumbuhan, jika benda tadi oleh sebuah bidang dapat di bagi menjadi dua
bagian, sedemikian rupa, sehingga kedua bagian itu saling dapat menutupi.
Bidang pemisah dapat dianggap merupakan sebuah cermin datar dan bagian yang
satu merupakan bayangan cermin bagian yang lainnya. Bidang yang dapat dibuat
untuk memisahkan suatu benda dalam dua bagian yang satu sama lain merupakan
bayangannya dalam cermin datar, dinamakan bidang simetri (Savitri, 2005). Bunga
sebagai suatu bagian tubuh tumbuhan dapat pula mempunyai sifat tersebut, dan
bertalian dengan simetri itu dapat dibedakan bunga yang (Savitri, 2008):
a.
Asimetris atau yidak simetris, jika
bunga tidak bisa dibuat satu bidang simetri dengan jalan apapun juga.
b.
Setangkup tunggal (monosimetris atau
zygomorphus), jika pada bunga hanya dapat di buat satu bidang simetri saja
yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup.sifat ini biasanya
ditunjukkan dengan lambang ↑ (anak panah). Bergantung pada letaknya bidang
simetri, bunga setangkup tunggal dapat dibedakan lagi dalam 3 macam (Sulasmi,
2004):
1.
Setangkup tegak, jika bidang simetri
berimpit dengan bidang median.
2.
Setangkup
mendatar, jika bidang simetri tegak lurus pada bidang median, dan tegak lurus
pula pada pada arah vertikal.
3.
Setangkup
miring, jika bidang simetrinya memotong bidang median dengan sudut yang lebih
kecil (lebih besar) dari 90°.
c.
Setangkup
menurut dua bidang, dapat pula dikatakan setangkup ganda, yaitu bunga yang
dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetri yang tegak
lurus satu sama lain.
d.
Beraturan atau
bersimetri banyak, yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi
bunga itu dalam dua bagiannya yang setangkup. Bunga yang beraturan sering kali
ditunjukkan dengan lambang * (bintang).
Baik dakuncup
daun maupun dalam kuncup bunga, bagian – bagiannya yang berupa daun – daun itu
terletak yang sedemikian rupa, hingga bagian tumbuhan yang bersangkutan dapat
dijadikan tanda pengenal. Mengenai keadaan daun – daun dalam kuncup itu dapat
dibedakan dua hal, yaitu (Kartasapoetra, 2004):
a.
Pelipatan daun – daun itu dalam kuncup (vernatio).
b.
Letak daun –
daun dalam kuncup terhadap daun – daun lainnya (aestivatio).
Keadaan bagian
– bagian bunga, kususnya mengenai kelopak dan mahkota, sewaktu bunga masih
dalam keadaan kuncup (Sumardi, 1993).
a.
Pelipatan (vernatio)
daun – daun kelopak dan mahkota.
Pada bunga yang
masih kuncup keadaan daun – daun kelopak dan mahkota dapat bermacam – macam
yaitu:
1. Rata (vernatio plana).
2.
Terlipat ke dalam sepanjang ibu
tulangnya terlipat ke arah adaxial (vernatio conduplicata atau vernatio
conduplicata).
3. Terlipat sepanjang tulang-tulang
cabangnya (vernatio plicata).
4. Terlipat tak beraturan (vernatio
corrugativa).
5. Tergulung ke dalam menurut poros
bujur (vernatio involuta).
6. Tergulung ke luar menurut poros
bujur (vernatio revoluta).
7. Tergulung ke satu arah menurut poros bujur (vernatio
convoluta).
8. Tergulung ke dalam menurut poros
lintang (vernatio circinatim involuta).
9.
Tergulung ke luar menurut garis lintang (vernatio
circinatim revoluta).
10. Terlipat ke bawah dan ke dalam (vernatio
inclinata).
11. Terlipat
menurut poros lintang keluar (vernatio reclinata).
b. Letak daun –
daun kelopak dan mahkota terhadap sesamanya (aestivatio).
Mengenal hal
inipun ada bermacam – macam susunan, di antaranya yang sering kita jumpai
ialah:
1. Terbuka (aperta).
2. Berkatup (valvata).
3. Berkatup dengan tepi melipat ke
dalam (induplcata).
4. Berkatup dengan tepi melipat ke luar
(reduplicata).
5. Menyirap (imbricata), dapat dibedakan lagi:
a. Yang terpuntir ke satu arah (convoluta
atau contorta).
Jika
daun kelopak atau mahkota tampak seakan-akan terpuntir, jika menurut arah
putarannya di bedakan menjadi:
1. Terpuntir ke kiri (sinistrorsum
contortus), jika arah putaran sesuai dengan arah putaran jarum jam, sehingg
tepi yang sebelah kiri yang selalu di bagian atas menutupi tepi kanan yang
sesamanya.
2. Terpuntir ke kanan (dextrorsum
contortum), jika arah putaran berlawanan dengan arah putaran jarum jam,
sehingga tepi kananlah yang selalu di bagian atas menutupi tepi kiri sesamanya.
b. Mengikti rumus 2/5 (quincuncialis).
Jika arah putaran tadi menyebabkan letak daun-daun kelopak atau mahkota seperti
duduk daun yang mengikuti rimus daun 2/5.
c. Kohlearis (cohlearis). Mengikuti garis sepiral
seperti pada rumah siput. Jika bunga dengan 5 daun kelopak atau lima daun
tajuk: 1 daun sama sekali di luar, 1 daun sama sekali di dalam, susunan koheat
dapat di bedakan lagi menjadi:
1. kohlearis visnal atau kohlearis
berdekatan (cochlearis paratact), yaitu daun yang sama
sekali di dalam lang sung berbatasan dengan daun yang sama sekali di luar.
2. kohlearis distal atau kohlearis
berjauhan (cochlearis apotact), yaitu jika daun yang sama sekali di luar
tidak lang sung berbatasan dengan daun yang sama sekali di dalam. Tapi di
antaranya ada daun yang tepinya satu di luar dan yang satu di dalam.
3. kohlearis turun (adaxial),
jika daun yang paling luar letaknya dekat dengan satu sumbu pokok.
4. kohlearis naik (abaxial),
jika yang paling dekat dengan sumbu pokok yang paling dalam, sedang daun yang
paling luar menjauhi sumbu pokoknya.
Diagram bunga ialah suatu gambar
proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang,
jadi pada diagram itu digambarkan penampang – penampang melintang daun – daun
kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian bunga lainnya jika
masih ada, disamping keempat bagian pokok tersebut. Perlu diperhatikan, bahwa
lazimnya dari daun – daun kelopak dan tajuk bunga digambar penampang melintang
bagian tengah – tengahnya, sedang dari benag sari digambarkan penampang kepala
sari, dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga
selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing – masing bagian bunga tadi dan
bagaimana letak dan susunanya antara yang satu dengan yang lainnya (Hidayat,
1995).
Bagian – bagian bunga duduk diatas
dasar bunga, masing – masing teratur dalam satu lingkaran atau lebih. Dalam
diagram bunga, masing – masing bagian harus digambarkan sedemikian rupa,
sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan
lambing yang sama. Mengingat bahwa yang digambar pada diagram itu penampang –
penampang melintang masing – masing bagian bunga, maka kemungkinan adanya
persamaan gambar hanyalah mengenai daun – daun kelopak dan daun tajuk bunga,
sedangkan mengenai benang sari dan puyiknya rasanya tidak akan terjadi
kekeliruan. Jika membuat diagram bunga, harus memperhatikan hal – hal berikut
(Moertolo, 2004):
1. Letak bunga pada tumbuhan, dibedakan
dua macam letak bunga:
a.
Bunga pada ujung batang atau cabang (flos
terminalis).
b. Bunga yang terdapat dalam ketiak
daun (flos axillaris).
2.
Bagian – bagian bunga yang akan
dibuat diagram tadi tersusun dalam beberapa lingkaran.
Dalam menggambar bagian – bagian
bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah:
a. Berapa jumlah masing – masing bagian
bunga tadi.
b. Bagaimana susunannya terhadap
sesamanya
c. Bagaimana susunannya terhadap bagian
– bagian bunga yang lain.
d. Bagaimana letak bagian – bagian
bunga itu terhadap bidang median.
Bagian – bagian lain pada bunga yang
seringkali dapat menjadi cirri yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan
sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga antara lain yaitu
(Kartasapoetro, 2004):
a. Kelopak tambahan (epicalyx),
umum terdapat pada tumbuhan suku Malvaceae.
b. Mahkota (tajuk) tambahan (corona),
yang biasa terdapat pada suku Asclepiadaceae.
Dalam menyusun diagram bunga kita
dapat berpendirian pada (Salisbury, 1992):
1. Hanya menggambarkan bagian – bagian
bunga menurut apa adanya.
2. Membuat diagram bunga yang tidak
hanya memuat bagian – bagian yang benar – benar ada, tetapi juga menggambarkan
bagian – bagian yang sudah tidak ada (tereduksi).
Dengan demikian kita dapat
membedakan dua macam diagram bunga yaitu:
a. Diagram bunga empiric, yaitu diagram
bunga yang hanya memuat bagian – bagian bunga yang benar – benar ada, jadi
menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya, oleh karena itu diagram ini juga
dinamakan diagram sungguh.
b. Diagram teoritik, yaitu diagram
bunga yang selain menggambarkan bagian – bagian bunga yang sesungguhnya, juga
memuat bagian – bagian yang sudah tidak ada lagi.
1.
Bunga alamanda (Allamanda cathartica
L.)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Sub
Classis : Asteriidae
Ordo : Ganianales
Familia : Apocynaceae
Genus :
Allamanda
Species : Allamanda cathartica L.
(Cronquist.1981)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, bunga alamanda memiliki tipe perbungaan yang disebut
rasenosa, yaitu sumbu utama tumbuhan tidak terbatas, monopodial, serta bunga
mekar dari bawah sampai ke atas. Mahkota bunga tanaman alamanda memiliki panjang
kurang lebih 7 cm dengan mahkota berwarna kuning. Kelopak
bunganya terbagi didalam, mahkota bunganya berukuran 7 cm, berwarna kuning dan
berbentuk seperti tabung yang pada pangkalnya agak melebar. Benang sari
tertancap dalam leher dan tangkai benang sarinya sangat pendek. Tonjolan dasar
bunganya berbentukcincin dan berlekuk. Kepala sarinya tebal berbentuk silindris
dan terletak di sebelah bawah dengan selaput yang mengarah kebawah.
2.
Bunga kertas (Bougainvillea
spectabilis)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Caryophyllidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Nyctaginaceae
Genus : Bougainvillea
Spesies : Bougainvillea spectabilis
(Cronquist, 1981)
3.
Bunga anggrek kalajengking (Arachnis
flos-aeris )
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo :
Orchidales
Familia : Orchidaceae
Genus : Arachnis
Spesies : Arachnis flos-aeris
(Cronquist, 1981)
4. Bunga sepatu (Hibiscusrosa-sinensis L.)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa-sinensis L.
(Cronquist, 1981)
Bunga Sepatu termasuk bunga tunggal karena dalam satu
tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga tumbuh pada ketiak daun dan
menggantung, memiliki ukuran cukup besar. Bunga sepatu memiliki bagian-bagian
bunga yang lengkap, ia merupakan bunga banci karena dalam satu bunga terdapat
dua alat kelamin yaitu alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin
betina (putik).
5.
Bunga tasbih (Canna sp)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Familia : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna sp.
(Cronquist,
1981)
Bunga
Tasbih merupakan bunga majemuk, dan memiliki bagian-bagian bunga yang lengkap
seperti tangkai bunga, dasar bunga, kelopak, mahkota, benang sari dan putik.
Karena memiliki dua alat kelamin dalam satu bunga itulah bunga Tasbih tergolong
menjadi bunga banci (hermaphroditus). Bunga tasbih adalah bunga majemuk yang
mempunyai karangan bunga yang kerap kali bercabang, bunga dalam bulir atau
tandan, tangkai pendek atau duduk, kelopak daun tidak sama dan kerap kali
berwarna seperti mahkota serta bunganya tidak simetri. Benang sari memiliki
warna yang menarik yang membuat bunga ini indah.
6.
Bunga teratai ( Nymphaea
lotus )
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Magnoliidae
Ordo : Nymphaeales
Familia : Nymphaeaceae
Genus : Nymphaea
Spesies : Nymphaea lotus
(Cronquist, 1981)
Tumbuhan ini biasanya hidup di selokan atau genangan air
yang tidak dalam. Bunga ini mempunyai warna yaitu ; merah muda dan putih. Bunga
teratai bunga banci karena dalam satu bunga memiliki dua alat kelamin yaitu
putik dan benang sari. Bunganya tidak dapat dibedakan antara kelopak bunga dan
mahkotanya sehingga ia memiliki tenda bunga. Bunga teratai memiliki benang sari
yang terkumpul berbentuk pipih yang terletak di sebelah dalam tenda bunga.
Putik tidak berlekatan satu sama lain tetapi kepala putiknya memusat pada satu
titik sehingga seperti lingkaran.
VI.
KESIMPULAN
1. Diagram bunga merupakan
suatu gambaran proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong
melintang yaitu daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik, juga
bagian-bagian lain.
2. Rumus bunga adalah
lambang-lambang yang digunakan untuk menunjukkan sifat-sifat bunga berupa
singkatan huruf dari bagian pokok bunga yaitu :
Huruf K untuk kelopak bunga (calyx)
Huruf C untuk mahkota bunga atau tajuk bunga (corolla)
Huruf A untuk benang sari (androecium)
Huruf G untuk putik (gynaecium)
Huruf P untuk tenda bunga (perigonium)
3.
Lambang-lambang lain yang digunakan di
depan rumus bagian bunga yakni :
a)
Simetri bunga yaitu (*) untuk untuk
bunga bersimetri banyak dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu.
b)
Jenis kelamin bunga yaitu untuk bunga banci dipakai lambang (♀), untuk
bunga jantan dipakai lambang (♂) dan bunga betina dipakai lambang (♀).
c)
Tanda kurung yaitu untuk keadaan antara
daun-daun kelopak, tajuk, dan benang sari (berlekatan atau terpisah)
d)
Tanda koma (,) yaitu untuk
menghubungkan antara huruf dan angka.
4.
Diagram dan Rumus bunga dapat dibuat
dengan memperhatikan alat kelamin, simetri pada bunga atau jumlah-jumlah bagian
bunga itu sendiri, seperti kelopak bunga (calyx), mahkota bunga atau
tajuk bunga (corolla), benang sari (androecium), putik (gynaecium)
dan tenda bunga (perigonium).
5. Berdasarkan hasil
pengamatan saat praktikum yaitu :
1.
Bunga alamanda ( Allamanda cathartica L.)
♀ * K5 C(5) A5 G1
2.
Bunga teratai ( Nymphaea
lotus L.)
♀ * P4+4+8+8+7 A~
G1
3.
Bunga tasbih ( Canna sp.
)
♀ K3 C3 A5
G(3)
4.
Bunga sepatu ( Hibiscus
rosa – sinensis L.)
♀ * K (5)+(7) C5 A~ G(5)
5.
Bunga kalajengking (
Arachis flos aeris )
♀ ↑ P5 A(2) G1
6.
Bunga kertas (
Bougainvillea spectabilis )
♀ *P(3) A(~) G1
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.a.2013.http://www.google.co.id/imgres?q=bunga+alamanda&start=164&hl=id&cl=firefox-a&hs=HwP&sa=X&rls=org.mozilla. Diakses pada 17 April 2013.
Anonim.b.2013.http://www.google.co.id/imgres?q=bunga+kertas&hl=id&sa=X&biw=1366&bih=631&tbm=isch&prmd. Diakses pada 17 April 2013.
Anonim.c.2012.http://www.google.co.id/imgres?q=anggrek+kalajengking&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla. Diakses pada 17 April 2013.
Anonim.d.2013.http://www.google.co.id/imgres?q=kembang+sepatu&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla. Diakses pada 17 April 2013.
Anonim.e.2013.http://www.google.co.id/imgres?q=canna+sp.&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla. Diakses pada 17 April 2013.
Anonim.f.2013.http://www.google.co.id/imgres?q=bunga+teratai&start=138&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla. Diakses pada 17 April 2013.
Anonim.g.2013. http://qurrotaayunc.blogspot.com. Diakses pada 17 April 2013.
Anonim.h.2013. http://www.kabarlamongan.com. Diakses pada 17 April 2013.
Fahn, A. 1991. Anatomi
Tumbuhan Edisi 3. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.
Hidayat, Esteti, B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Press.
Kartasapoetra, Drs, G. 2004. Budidaya Tanaman
Berkhasiat Obat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Moertolo. 2004. Daun Dan Alat Tambahan. Malang: UM Press.
Muzayyinah. 2008.Terminologi Tumbuhan. Surakarta: PT. Lembaga Pengembangan
Pendidikan.
Parwata, Oka Adi, dkk. 2009. Isolasi dan Uji Antiradikal Bebas Minyak
Atsiri Pada Bunga Anggrek Secara
Spektrokopi Ultra Violet – Tampak. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana: Bukit
Jimbaran.
Salisbury, Frank. 1992. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 1. ITB: Bandung.
Savitri, Evika Sandi. 2005. Anatomi Tumbuhan. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.
Sri Amintarti. 2011. Penuntun Praktikum
Morfologi Tumbuhan. PMIPA FKIP UNLAM: Banjarmasin.
Sulasmi. 2004. Macam – Macam Tanaman Dataran Tinggi dan Rendah. Bogor: IPB Press.
Sumardi, Issrep. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Press.
Tjitrosoepomo, Gembong.1994. Morfologi Tumbuhan.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar